Indonesia Adalah Negara Pengelola Konflik Terbaik di Dunia

by admin AswajaCentre

Hai sobat Aswaja, kita semua tahu bahwa kehidupan didunia ini tidak selalu berjalan mulus. Terkadang, ada saja hal-hal yang sebenarnya tidak kita inginkan tetapi itu semua terjadi, salah satunya adalah konflik. Entah itu konflik dengan diri sendiri atau konfilk dengan seseorang ataupun kelompok. Tapi pernah enggak sih, temen-temen berpikir tentang bagaimana cara negara kita ini mengelola konflik? Kita bisa lihat kok, mengenai sejarah-sejarah kita tentang bagaimana bangsa kita mengelola konflik.

Padahal, jika dilihat, Indonesia mempunyai banyak sekali keanekaragaman. Tetapi untungnya, budaya kita yang sudah menjadi turun temurun ini menjadikan bangsa kita menjadi bangsa yang cinta damai dan welas asih. Sebelum kita melihat Indonesia. Mari kita lihat negara-negara yang saat ini sedang kacau. Siapa yang harus bertanggung jawab mengenai konflik berdarah yang terus berkepanjangan ini? Pasti hampir semua dari kalian berpikir bahwa Amerika dan Rusia yang harus bertanggung jawab. Tapi, kalian pernah enggak berpikir mengenai, bagaimana Amerika dan Rusia bisa masuk ke dalam negara yang berdaulat? Apakah sangat mudah untuk masuk kedalam negara yang berdaulat? Jawabannya tidak.

Lalu, kenapa negara lain bisa masuk? Jawabannya tidak lain adalah karena negara yang berdaulat itu meminta ataupun mengizinkan Amerika ataupun Rusia untuk masuk dipusaran konflik. Akibatnya, negara itu hanya dijadikan lapangan peperangan dan sering mengorbankan warga sipil. Dan jika kita melihat apa yang kebanyakan terjadi di Timur Tengah, selalu ada isu-isu agama yang dikembangkan. Isu-isu agama malah membuat pembunuhan dengan motif Jihad semakian meraja lela. Hal itu tidak lain dan tidak bukan karena budaya saling mengkafirkan sudah sulit untuk dibendung lagi. Inilah sebabnya, mengapa mayoritas ulama-ulama Indonesia sangat menghindari kata kafir ataupun mewanti-wanti untuk tidak memfonis kafir kepada seseorang, terutama kepada mereka yang hanya berbeda pemahaman dalam berislam.

Karena jika kata kafir itu sudah jadi ajang vonis, biasanya kata-kata terakhir setelah kata kafir itu adalah halal darahnya. Kemudian, mari kita sedikit melihat bagaimana Indonesia menyelesaikan setiap konfliknya. Budaya kita mengajarkan kepada kita agar tepo sliro , mengajarakan menghormati orang-orang yang berbeda dengan kita, gotong royong, musyawarah, dan lain sebagainya. Tanpa disadari, hal-hal itu menjadikan bangsa kita mempunyai karakter untuk mengedepankan kemanusiaan dan kedamaian daripada peperangan. Tetapi tidak bisa dipungkiri mengenai sejarah bangsa kita, mengenai beberapa konflik berdarah yang sudah terjadi dimasa lampau.

Tetapi hal itu tidak bisa menjadi label bahwa bangsa kita suka dengan peperangan. Itu hanya semacam kecelakaan sejarah yang sama sekali tidak mencerminkan budaya kita. Dan mengenai bergesekan antar in idu dengan in idu, in idu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, itu akan selalu ada. Tetapi yang selalu menjadi sorotan adalah penyelesaianya, karena itu menjadi kunci dari seberapa berbudayanya masyarakat kita. Kita tahu, bagaimana saat Presiden ke 4 Indonesia dilengserkan.

Setelah itu, hanya adu statment, adu gagasan dimedia tanpa ada pertumpahan darah. Jika hanya adu statment dimedia, adu klaim, itu adalah sesuatu hal yang biasa. Tetapi mari kita lihat jika hal itu terjadi di Timur Tengah, berapa korban jiwa yang akan dikorbankan karena kekuasaan? Budaya adu statmen, adu klaim, rasa-rasan (Bergunjing) adalah hal yang ringan daripada budaya saling kafir mengkafirkan dan ujung-ujungnya saling bunuh membunuh karena merasa membela kebenaran. Apalagi hal itu dilandaskan demi kekuasaan dunia. Mari kita lestarikan budaya kita, kita kedepankan pembicaraan daripada gempalan tangan. Jika kedamian sudah masuk kedalam diri kita, maka kita akan melihat Dunia dipenuhi dengan Rahmat Tuhan YME.

You may also like