Salah satu tim jurnalis Pegiat Muda Aswaja Unwahas mewawancarai wakil dekan fakultas hukum Universitas Wahid Hasyim (UNWAHAS) yang sekaligus sebagai pengajar di Pondok Pesantren As-Shodiqiyah Semarang tentang pengaruh modernisasi terhadap efektifitas pendidikan di pesantren (25/04). Wawancara berlangsung pada jam 13.30 di ruangan Wakil Dekan FH Unwahas. Pada kesempatan ini, tim jurnalis Muinnatu Lutfiah melakukan diskusi panjang dengan Bapak Dr. H. Shidqon Prabowo.
Modernisasi adalah sebuah proses yang terus berlangsung dari masa ke masa dan menghasilkan berbagai produk berupa pola hidup, kebudayaan, gaya hidup manusia dan banyak aspek lainnya. Kehadiran modernisasi di samping menawarkan kemudahan-kemudahan bagi manusia, namun juga memproduksi model-model belenggu baru yang jauh lebih dahsyat, di antaranya dengan munculnya perilaku konsumtif di kalangan masyarakat dan generasi muda sebagai implikasi pembangunan ekonomi yang kian mengglobal. Ciri munculnya perubahan gaya hidup ini terlihat pada kegandrungan terhadap budaya barat, gaya hidup instant, perilaku konsumtif yang mengarah pada hedonisme.
Seiring perkembangan peradaban manusia, turut pula menentukan berkembangnya modernisme yang bergerak dari paham Theosentris kepada Antroposentris. Aliran Theosentris menyatakan bahwa Tuhan menjadi sentra pemikiran kefilsafatan sementara yang terakhir manusia menjadi pusatnya. Dengan Theosentris manusia mengarahkan orientasi dan dasar hidupnya bagi kepenuhan hidup kerohaniahan untuk mencapai keselamatan jiwa, sementara antroposentris manusia berusaha menggapai kelimpahan dan kenikmatan kebutuhan secara sporadis dan temporer. Adapun untuk pengaruh modernisasi dapat dirasakan oleh berbagai kalangan, namun dalam wawancara ini lebih memfokuskan kepada pengaruh modernisasi terhadap efektifitas pondok pesantren.
Bapak Shidqon menjelaskan bahwa pada masa disrupsi, modernisasi memang berkembang dengan cepat, jadi mau tidak mau pesantren harus menyesuaikan dengan perkembangan tersebut. Misalnya, sistem pesantren dulu diawali hanya dengan belajar kitab menggunakan sistem bandongan dan sorogan. kemudian bergeser paradigma yang sekarang ini ada beberapa pondok pesantren yang punya sekolah formal. Adapun tantangan-tantangan yang dihadapi pondok pesantren di era modernisasi menurut beliau adalah pesantren harus bisa mengoptimalkan era saat ini dengan sebaik mungkin, karena bisa jadi modernisasi dapat berpengaruh pada hal negatif.